Mutiara Amaly Vol-31 Mutiara Amaly Vol 32 Mutiara Amaly Vol 33 Mutiara Amaly Vol 34 Mutiara Amaly Vol 35 Mutiara Amaly Vol 36

Senin, 25 Mei 2009

Dari Meja Redaksi Majalah Mutiara Amaly



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh


Ya Allah Engkau Maha Pengampun
Kesat Hati Ini Menghalang Airmata Menangisi Dosa

...diantara milyaran manusia dimuka bumi... Inilah kami Ya Allah... puluhan ribu hamba-hamba Mu yang dzoif berlumuran dosa merangkak menuju kepada-Mu... dengan hati yang serasa hancur mengharap curahan rahmat, ampunan, dan perlindungan Mu. Selamatkanlah hidup kami di dunia yang sementara ini, lindungilah kami pada hari tiada perlindungan melainkan perlindungan-Mu... hingga kami sampai ke negri abadi.. dalam kasih sayang, maghfiroh dan keridhoan-Mu. Amiin.

Di tengah kehidupan modern yang menawarkan ragam kesenangan yang semu, orang mempertanyakan kembali dan mencari hakikat kebahagiaan. Ada yang kaya, "miskin" jiwanya. Berpengetahuan duniawi, "buta hatinya". Berkedudukan, "rendah akhlaknya". Tak menemukan kebahagiaan dari apa yang dinilai sebagai sumber kebahagiaan.
Syaikh Fudhail bin Iyadh, seorang ulama dan menjadi salah satu guru Imam Syafi’i punya sisi gelap dalam hidupnya sebelum menjadi ulama. Dikisahkan bahwa Fudhail bin Iyadh, semasa masih jahat, bermaksud mengganggu seorang wanita jelita. Ketika sedang memanjat tembok rumah wanita itu, tiba-tiba terdengar olehnya dari jendela rumah alunan merdu bacaan al-Quran yang artinya:
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kebenaran yang telah turun (kepada mereka).” (QS al-Hadiid [57]: 16)
Tersentak hati sanubari Fudhail bin Iyadh, hingga hanya mampu terdiam di atas tembok. Tiba-tiba Fudhail bin Iyadh merasa persendiannya lumpuh. Lalu dengan tubuh gemetar dia mengiba, “Ya Allah, telah tiba waktuku. Telah tiba waktuku.”

***
Di setiap detik yang berlalu kita memohon kepada Allah agar senantiasa bertambahkan kebaikan. Doa ikhlas kami untuk semua saudara yang selalu bersusah payah menebarkan Risalah ini. Kesilafan dan kekurangan selalu dimohonkan maaf, apa yang di luar jangkauan kekuatan kami, kepada Allah kami memohon dan kembalikan segala urusan.
Kebersamaan kita bukan karena tujuan lain, selain kebaikan dan kebenaran. Mari tetap bersama-sama menempuh jalan ini. Jalan Allah... Islam yang kita cintai.. sampai mati. Amin.
Wassalamualaikum Wr, Wb.


Dari Abdullah bin 'Amr R.A, Rasulullah saw bersabda:
"Sampaikan Pesanku Walaupun Satu Ayat"

Di Hati Kita Bersama, Di Hati Kita Melangkah, Jangan Pisahkan Kasih Bersaudara, Jangan Dendamkan Ukhuwah Yang Terbina

Ads
Adsvertisement

0 komentar:

Posting Komentar

 
Ads Ads Ads Ads Ads Ads

Mutiara Amaly vol 23. Copyright 2008 All Rights Reserved